Cari Blog Ini

Kamis, 19 Maret 2015

SEDIKIT OPINI TENTANG BIOPESTISIDA


SEDIKIT OPINI TENTANG BIOPESTISIDA

Apakah pengembangan biopestisida menunjang pertanian berkelanjutan
Pertanian kita menghadapi masalah yang destruktif akibat banyaknya hama dan penyakit seperti disebabkan oleh jamur, gulma dan serangga sejak dari jaman dahulu serta berdampak pada penurunan hasil produksi pertanian. Munculnya pestisida kimiawi, krisis ini untuk sementara waktu bahwa sebagian masalah tersebut dapat diselesaikan. Tetapi dampak lain dari ketergantungan pada pestisida kimia telah menyebabkan masalah lingkungan dan menyebabkan kesehatan bagi manusia menjadi hal yang serius.
Biopestisida atau pestisida biologis bahan utamanya berasal dari bahan-bahan alami seperti hewan, tumbuhan dan bakteri. Biopestisida adalah mikroorganisme, atau produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk hidup lainnya yang menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan patogen tumbuhan dan dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan. Biopestisida berdasarkan target terdiri dari :
a) Biofungisida yaitu mengendalikan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur patogen.
b) Bioinsektisida yaitu untuk mengendalikan serangga hama pada tumbuhan.
c) Bioherbisida yaitu untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
Sebagai contoh mengenai biopestisida seperti bawang putih, tanaman mint, pohon mimba, trembesi, tanaman pepaya dan tanaman lainnya memiliki peranan sebagai pestisida hayati. Menurut laporan USEPA pada akhir tahun 1998, ada sekitar 175 biopestisida dan 700 produknya. Biopestisida yang paling umum digunakan adalah organisme hidup (bakteri, virus dan jamur) yang bersifat patogen bagi hama. Ini termasuk biofungisida (Trichoderma), bioinsektisida (Bacillus thuringiensis) dan bioherbisida (Phytopthora).
Biopestisida dapat memberikan kontribusi penting untuk pertanian berkelanjutan dan membantu mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia, diantaranya yaitu :
a.  Biopestisida tidak berbahaya bagi lingkungan.
    Biopestisida umumnya menargetkan satu hama tertentu atau sejumlah kecil hama yang terkait, berbeda dengan pestisida kimia mempengaruhi spektrum yang lebih luas bukan hanya pada hama dan serangga bahkan pada organisme yang bermanfaat lainnya seperti burung dan mamalia. Biopestisida lebih efektif dalam jumlah yang lebih kecil dan terurai dengan cepat, dengan demikian tidak menyebabkan masalah lingkungan yang terkait dengan pestisida kimia. Ketika digunakan dalam program manajemen pengendalian hama terpadu (PHT) diharapkan biopestisida berperan untuk mengurangi penggunaan pestisida konvensional (kimiawi), sedangkan hasil panen pertanian masih tetap tinggi.
b.   Biofungisida menggunakan Trichoderma secara ekonomi lebih murah.
Trichoderma merupakan jamur yang hadir dalam hampir di tanah dan habitat yang beragam lainnya. Trichoderma menyerang parasit jamur lainnya. Sejauh ini bahwa Trichoderma berhasil mengendalikan jamur tanaman yang bersifat patogen. Biopestisida Trichoderma secara teknis dan ekonomi lebih murah dan hanya membutuhkan pengetahuan dasar dari mikrobiologi.
c.  Bioherbisida dengan jamur patogenic lebih murah secara ekonomi
Kontrol biologis terhadap tumbuhan gulma sengaja untuk menggunakan musuh alami dalam mengendalikan pertumbuhannya. Menurut Watson dari Departemen Ilmu Tanaman di Universitas Kanada, perkembangan bioherbisida telah sukses untuk pengendalian gulma seperti pengendalian eceng gondok dan gulma lainnya. Jenis jamur seperti Phytopthora palmivora dan Colletotrichum gloeosporioides telah berhasil untuk digunakan dalam pengendalian gulma. Watson telah menunjukkan percobaan yang sukses dimana patogen jamur Puccinia chondrillina (dari gulma Chondrilla yang terjadi pada ladang gandum) yang tersebar di sebagian besar Australia selama periode sembilan bulan, dan diperkirakan menghemat biaya bagi industri gandum sebesar 10-20 juta dollar per tahun.
d.  Bioinsektisida menggunakan bakteri dan jamur secara ekologi ramah lingkungan
Bacillus thuringiensis (BT) menghasilkan toksin protein yang dirilis dalam usus serangga setelah tertelan. Sekali di dalam usus, toksin menginduksi kelumpuhan midgut. Hal ini pada akhirnya menyebabkan kematian serangga. Dalam dokumen laporan FAO oleh Profesor Taborsky dari Praha Agriculture University (Cekoslovakia) bahwa yang menjanjikan untuk pengendalian hama serangga adalah jamur Metarhizium anisopliae. Ini telah berhasil digunakan sebagai kontrol untuk serangga hama Clones punctiventris. Jamur ini menempel pada kutikula serangga dan menembus exoskeleton. Dalam tubuh inang, menghasilkan zat kimia yang disebut destruxins, yang akhirnya menyebabkan kematian pada serangga. Pengendalian hama dengan bioinsektisida dapat mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia dan secara ekologi lebih ramah lingkungan.

 PHEROMONE TRAPS :
Plastic containers with bio-pesticides inside are seen across a field of bitter gourds in Jessore.
Photo: ISPAHANI

Apa perbedaan biopestisida dengan pestisida sintetis
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Hama yang dimaksud di sini sangat luas, yaitu serangga, tungau, pengganggu tumbuhan, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteri dan virus, kemudian berbagai nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan pertanian.
Pestisida sintetis (kimia) merupakan pestisida yang bahan aktif dan formulanya terbuat dari bahan kimia, sangat efektif dalam mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) namun meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi manusia (konsumen) dan lingkungan sekitar (ekosistem).
Biopestisida (pestisida biologi) merupakan mikroorganisme, atau produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk hidup lainnya yang menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan patogen tumbuhan dan bisa digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan.
Dari kedua penjelasan tersebut, perbedaan penggunaan pestisida sintetis dan biopestisida, yaitu :
>  Struktur penyusun
Biopestisida dihasilkan oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk hidup lainnya. Sedangkan Pestisida sintetis (Kimia) merupakan pestisida yang bahan aktif dan formulanya terbuat dari bahan kimia.
>  Proses aktivitasnya
Biopestisida menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan patogen tumbuhan dan digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan, berupa :
a. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misalnya dengan bau yang menyengat,
b. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot,
c. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa,
d. Menghambat reproduksi serangga betina,
e. Racun syaraf bagi hama,
f.  Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga,
g. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga,
h. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri,
i.  Menyebabkan gangguan metamorfosa dan gangguan makan bagi serangga.
Sedangkan Pestisida sintetis seluruhnya menunjukan proses kimia dalam pemberantasan hama dan penyakit, yaitu berupa :
a. Diproduksi oleh industri kimia sehingga mudah di dapatkan di berbagai tempat,
b.  Zatnya kimia lebih cepat bereaksi pada tanaman yang diberi pestisida,
c.  Kemasan pestisida kimia dibuat lebih praktis,
d.  Menyebabkan daya racunnya yang tinggi (langsung mematikan bagi serangga)
>  Tingkat keawetan
Biopestisida menunjukkan aktivitas biologis sehingga produknya tidak tahan lama karena sangat tergantung pada siklus atau daur biologis. Sedangkan pestisida sintetis memiliki sifat tahan lama untuk disimpan.
>  Takaran, dosis atau konsentrasi
Biopestisida dengan takaran, dosis atau konsentrasinya biasanya rendah karena tergantung pada siklus atau daur biologis. Sedangkan pestisida sintetis menggunakan takaran, dosis atau konsentrasinya yang tinggi untuk lebih cepat dalam memberantas hama dan penyakit.
>  Pengguna (user)
Biopestisida biasanya digunakan dalam skala kecil dan rumah tangga. Sedangkan pestisida sintetis selain untuk skala rumah tangga tapi lebih banyak pada pertanian skala besar atau perusahaan perkebunan.
Hasil produksi pertanian
Biopestisida menunjukkan hasil produksi pertanian cukup tinggi serta berkelanjutan dan produk pangannya aman bagi kesehatan manusia. Sedangkan pestisida sintetis walaupun secara langsung menunjukan produksi tinggi tetapi dianggap tidak aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
>  Kekurangan-kekurangan
Kekurangan dari Biopestisida yaitu :
a. Cepat terurai di alam,
b. Daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering,
c. Produksinya belum dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan bahan baku,
d. Kurang praktis,
e. Tidak tahan lama untuk disimpan,
f.  Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga),
g. Cara kerjanya (efek mortalitasnya) lambat,
h. Harus disemprotkan secara berulang-ulang.
Sedangkan kekurangan dari pestisida sintetis yaitu :
a. Hama menjadi kebal (resisten),
b. Potensi populasi peledakan hama baru (resurjensi),
c. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen,
d. Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,,
e. Tidak ramah lingkungan,
f.  Harganya mahal,
g. Matinya musuh alami hama tanaman,
h. Matinya organisme yang berguna.

Bagaimana sharing pasar biopestisida dibandingkan pestisida sintetis
Dampak masalah kesehatan dan lingkungan dari penggunaan pestisida sintetis (kimia) ditambah dengan dukungan pemerintah di banyak negara telah menjadi faktor utama memicu permintaan biopestisida semakin meningkat. Biopestisida adalah pestisida yang berasal dari bahan terbarukan seperti tanaman, hewan, bakteri dan beberapa mineral. Biopestisida digunakan untuk mengontrol pengaruh gulma, hama dan serangga pada tanaman di lapangan. Munculnya masalah kesehatan mengenai penggunaan pestisida sintetis telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pasar biopestisida global.
Pengembangan produk-produk pertanian organik bagi pasar di seluruh dunia telah menyebabkan kesadaran terutama pada tingkat konsumen di negara-negara maju. Pergeseran kecenderungan penerapan produk organik telah menyebabkan pertumbuhan pasar biopestisida global. Selain itu peran pemerintah di berbagai negara di seluruh dunia mempromosikan manfaat yang ditawarkan biopestisida akan lebih jauh dalam meningkatkan pertumbuhan pasar biopestisida. Namun demikian masih ada bagian yang cukup besar dari dunia yang tidak menyadari tentang manfaat yang ditawarkan biopestisida, sehingga faktor ini menjadi menghambat pasar biopestisida. Negara-negara miskin terutama di Asia dan Afrika masih kurang kesadaran tentang biopestisida dan aplikasinya.
Kondisi saat ini pasar biopestisida masih sangat kecil sekitar 1,3% dari total pestisida kebutuhan dunia. Sebagian besar biopestisida dipasarkan sebagai bioinsektisida, dengan share pasar sekitar 4,5% dari total insektisida. Namun demikian pertumbuhan pasar biopestisida diperkirakan meningkat sekitar 10-15% per tahun, atau lebih tinggi pertumbuhan pertahunnya dibandingkan dengan pertumbuhan pestisida sintetis sebesar 2%.
Pasar global untuk biopestisida masih relatif sangat kecil dibandingkan dengan pasar pestisida secara keseluruhan. Selain itu kekurangan profitabilitas untuk mempertahankan biopestisida di tingkat pasar. Di sisi lain, pestisida sintetis telah menguasai pasar secara keseluruhan selama beberapa dekade dan diproduksi dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan biopestisida. Jadi untuk mencapai skala ekonomi menjadi tantangan yang sulit untuk mengatasi masalah pasar biopestisida. Namun pada tingkat adopsi yang cepat dari biopestisida diharapkan dapat membantu perkembangan ekonomi dari pasar biopestisida. Amerika Utara merupakan pasar secara keseluruhan untuk biopestisida dan menyumbang lebih dari sepertiga pasar global. Namun karena peraturan yang ketat mengenai penggunaan pestisida sintetis membuat pasar Eropa menjadi potensi paling menarik pada masa yang akan datang.
Faktor-faktor menyebabkan sharing pasar biopestisida masih sangat kecil dibandingkan dengan pestisida sintetis yaitu karena faktor konsumen, promosi, manajemen, permintaan dan kelayakan usaha secara ekonomis. Berikut penjelasan secara lebih rinci mengenai faktor-faktor tersebut, yaitu :
>  Produk biologis cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga kurang meyakinkan para konsumen.
>  Keterbatasan bahan baku menyebabkan produksi biopestisida belum dilakukan dalam jumlah besar sehingga dalam skala usaha industri menjadi tidak ekonomis.
>  Daya simpan yang tidak tahan lama dan kemasannya kurang praktis dapat menghambat promosi untuk pasar biopestisida sehingga kurang meyakinkan konsumen.
>  Cara kerjanya (efek mortalitasnya) yang lambat dan daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga) menyebabkan permintaan biopestisida di pasar menjadi rendah.
>  Skala produksi masih pada tingkat rumah tangga dan manajemen kurang dikelola dengan baik sehingga dalam skala usaha menjadi tidak layak secara ekonomis.