Cari Blog Ini

Selasa, 19 Oktober 2010

POPULASI LARVA LALAT RUMAH (Musca domestica)

PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL PENYERAP AIR PADA FESES SAPI TERHADAP POPULASI LARVA LALAT RUMAH (Musca domestica)

Oleh : Nanang Sasmita, M.Si., Alien Prabandari, S.Pt., dan Fachrur Rozi

Peningkatan kesejahteraan peternak ditandai dengan bertambahnya jumlah kandang ternak khususnya ternak sapi baik secara modern atau sederhana. Sejalan dengan hal itu, limbah yang dihasilkan oleh ternak akan semakin meningkat pula. Apabila penanganan limbah tersebut tidak ditangani secara tepat maka akan berdampak pada buruknya kesehatan lingkungan di sekitar kandang sehingga akan menjadi sumber penyakit dan akan mengganggu kesehatan manusia itu sendiri.

Feses sapi adalah salah satu limbah yang dihasilkan oleh ternak. Penanganannya sering dilakukan dengan cara mengolahnya menjadi pupuk organik. Tetapi penanganan tersebut cenderung dilakukan oleh peternak skala besar, modern dan memiliki tingkat pengetahuan yang cukup luas tentang peternakan. Sedangkan untuk peternak konvensional, feses sapi biasanya hanya dibuang begitu saja atau dibiarkan hingga mengering.

Feses sapi yang masih basah dan tidak ditangani dengan baik maka akan menarik berbagai macam serangga untuk berkembang biak salah satunya adalah lalat rumah (Musca domestica). Lalat rumah (Musca domestica) dapat membawa bermacam – macam mikroba penyebab penyakit atau kuman sehingga sangat berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai penanganan feses sapi yang murah dan mudah sehingga populasi lalat rumah (Musca domestica) dapat dikendalikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan material penyerap air pada feses sapi terhadap populasi larva lalat rumah (Musca domestica).

Prosedur penelitian yaitu sampel berupa feses sapi yang masih basah atau segar sebanyak 16 kg dan ditaruh didalam panci kukus yang telah diisi air. Kemudian dikukus dengan suhu mencapai 100 oC hingga mendidih yang bertujuan untuk membunuh dan mengurangi jumlah bakteri yang terdapat pada sampel. Lalu feses yang telah dikukus dibagi menjadi empat bagian masing – masing sebanyak 1 kg yang ditaruh pada sterofoam. Kemudian disekitar feses itu ditaruh kertas putih. Lalu dilakukan percobaan sebanyak 4 kali ulangan.

Proses selanjutnya adalah penempatan sampel tersebut pada lokasi yang telah ditentukan (utara, selatan, timur dan barat). Pada sampel satu tidak diberikan perlakuan, sampel dua ditambahkan 10% arang dari berat feses, sampel tiga ditambahkan 10% abu sisa pembakaran dari berat feses dan sampel empat ditambahkan 10% kapur dari berat feses, sampel tersebut kemudian didiamkan selama lima hari dan dilakukan pengamatan dan pendataan setiap pagi dan sore untuk menghitung jumlah lalat rumah yang hinggap pada masing – masing sampel. Penambahan material penyerap air dilakukan dengan cara ditaburkan di atas feses sapi. Langkah selanjutnya memindahkan sampel kedalam ruangan dan didiamkan selama lima hari. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan pendataan setiap pagi dan sore untuk menghitung jumlah larva lalat yang terdapat pada masing – masing sampel.

Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa penambahan material penyerap air berupa arang, abu sisa pembakaran dan kapur sangat berpengaruh terhadap penurunan populasi larva lalat rumah. Penambahan material penyerap air pada feses sapi yang paling efektif digunakan dalam mengurangi populasi larva lalat rumah adalah kapur. Penambahan material penyerap air pada feses sapi juga dapat mengurangi populasi lalat rumah (Musca domestica) dan dapat mempercepat proses pengeringan feses sapi.