SEDIKIT
OPINI TENTANG BIOPESTISIDA
Apakah
pengembangan biopestisida menunjang pertanian berkelanjutan
Pertanian kita menghadapi
masalah yang destruktif akibat banyaknya hama dan penyakit seperti disebabkan
oleh jamur, gulma dan serangga sejak dari jaman dahulu serta berdampak pada
penurunan hasil produksi pertanian. Munculnya pestisida kimiawi, krisis ini
untuk sementara waktu bahwa sebagian masalah tersebut dapat diselesaikan. Tetapi
dampak lain dari ketergantungan pada pestisida kimia telah menyebabkan masalah
lingkungan dan menyebabkan kesehatan bagi manusia menjadi hal yang serius.
Biopestisida atau
pestisida biologis bahan utamanya berasal dari bahan-bahan alami seperti hewan,
tumbuhan dan bakteri. Biopestisida adalah mikroorganisme, atau produk yang
dihasilkan oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk hidup lainnya yang
menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan patogen
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan.
Biopestisida berdasarkan target terdiri dari :
a) Biofungisida
yaitu mengendalikan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur patogen.
b) Bioinsektisida
yaitu untuk mengendalikan serangga hama pada tumbuhan.
c) Bioherbisida
yaitu untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
Sebagai contoh mengenai
biopestisida seperti bawang putih, tanaman mint, pohon mimba, trembesi, tanaman
pepaya dan tanaman lainnya memiliki peranan sebagai pestisida hayati. Menurut laporan
USEPA pada akhir tahun 1998, ada sekitar 175 biopestisida dan 700 produknya.
Biopestisida yang paling umum digunakan adalah organisme hidup (bakteri, virus
dan jamur) yang bersifat patogen bagi hama. Ini termasuk biofungisida (Trichoderma), bioinsektisida (Bacillus thuringiensis) dan bioherbisida
(Phytopthora).
Biopestisida dapat
memberikan kontribusi penting untuk pertanian berkelanjutan dan membantu
mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia, diantaranya yaitu :
a. Biopestisida tidak berbahaya bagi
lingkungan.
Biopestisida umumnya menargetkan satu hama tertentu atau sejumlah kecil hama yang terkait, berbeda dengan pestisida kimia mempengaruhi spektrum yang lebih luas bukan hanya pada hama dan serangga bahkan pada organisme yang bermanfaat lainnya seperti burung dan mamalia. Biopestisida lebih efektif dalam jumlah yang lebih kecil dan terurai dengan cepat, dengan demikian tidak menyebabkan masalah lingkungan yang terkait dengan pestisida kimia. Ketika digunakan dalam program manajemen pengendalian hama terpadu (PHT) diharapkan biopestisida berperan untuk mengurangi penggunaan pestisida konvensional (kimiawi), sedangkan hasil panen pertanian masih tetap tinggi.
Biopestisida umumnya menargetkan satu hama tertentu atau sejumlah kecil hama yang terkait, berbeda dengan pestisida kimia mempengaruhi spektrum yang lebih luas bukan hanya pada hama dan serangga bahkan pada organisme yang bermanfaat lainnya seperti burung dan mamalia. Biopestisida lebih efektif dalam jumlah yang lebih kecil dan terurai dengan cepat, dengan demikian tidak menyebabkan masalah lingkungan yang terkait dengan pestisida kimia. Ketika digunakan dalam program manajemen pengendalian hama terpadu (PHT) diharapkan biopestisida berperan untuk mengurangi penggunaan pestisida konvensional (kimiawi), sedangkan hasil panen pertanian masih tetap tinggi.
b. Biofungisida menggunakan Trichoderma
secara ekonomi lebih murah.
Trichoderma merupakan
jamur yang hadir dalam hampir di tanah dan habitat yang beragam lainnya. Trichoderma menyerang parasit jamur
lainnya. Sejauh ini bahwa Trichoderma
berhasil mengendalikan jamur tanaman yang bersifat patogen. Biopestisida Trichoderma secara teknis dan ekonomi
lebih murah dan hanya membutuhkan pengetahuan dasar dari mikrobiologi.
c. Bioherbisida dengan jamur patogenic
lebih murah secara ekonomi
Kontrol
biologis terhadap tumbuhan gulma sengaja untuk menggunakan musuh alami dalam mengendalikan
pertumbuhannya. Menurut Watson dari Departemen Ilmu Tanaman di Universitas Kanada,
perkembangan bioherbisida telah sukses untuk pengendalian gulma seperti pengendalian
eceng gondok dan gulma lainnya. Jenis jamur seperti Phytopthora palmivora dan Colletotrichum
gloeosporioides telah berhasil untuk digunakan dalam pengendalian gulma. Watson
telah menunjukkan percobaan yang sukses dimana patogen jamur Puccinia chondrillina (dari gulma Chondrilla yang terjadi pada ladang
gandum) yang tersebar di sebagian besar Australia selama periode sembilan
bulan, dan diperkirakan menghemat biaya bagi industri gandum sebesar 10-20 juta
dollar per tahun.
d. Bioinsektisida menggunakan bakteri
dan jamur secara ekologi ramah lingkungan
Bacillus thuringiensis
(BT) menghasilkan toksin protein yang dirilis dalam usus serangga setelah
tertelan. Sekali di dalam usus, toksin menginduksi kelumpuhan midgut. Hal ini pada akhirnya
menyebabkan kematian serangga. Dalam dokumen laporan FAO oleh Profesor Taborsky
dari Praha Agriculture University (Cekoslovakia) bahwa yang menjanjikan untuk
pengendalian hama serangga adalah jamur Metarhizium
anisopliae. Ini telah berhasil digunakan sebagai kontrol untuk serangga
hama Clones punctiventris. Jamur ini
menempel pada kutikula serangga dan menembus exoskeleton. Dalam tubuh inang,
menghasilkan zat kimia yang disebut destruxins,
yang akhirnya menyebabkan kematian pada serangga. Pengendalian hama dengan
bioinsektisida dapat mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia dan
secara ekologi lebih ramah lingkungan.
Plastic
containers with bio-pesticides inside are seen across a field of bitter gourds
in Jessore.
Photo: ISPAHANI
Apa
perbedaan biopestisida dengan pestisida sintetis
Pestisida adalah
substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Hama yang dimaksud di sini sangat luas, yaitu
serangga, tungau, pengganggu tumbuhan, penyakit tanaman yang disebabkan oleh
fungi (jamur), bakteri dan virus, kemudian berbagai nematoda (bentuknya seperti
cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan pertanian.
Pestisida
sintetis (kimia) merupakan pestisida yang bahan aktif
dan formulanya terbuat dari bahan kimia, sangat efektif dalam mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) namun meninggalkan residu yang sangat
berbahaya bagi manusia (konsumen) dan lingkungan sekitar (ekosistem).
Biopestisida
(pestisida biologi) merupakan mikroorganisme, atau produk
yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk hidup lainnya yang
menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan patogen
tumbuhan dan bisa digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan.
Dari kedua penjelasan
tersebut, perbedaan penggunaan pestisida sintetis dan biopestisida, yaitu :
> Struktur penyusun
Biopestisida
dihasilkan
oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk hidup lainnya. Sedangkan Pestisida sintetis (Kimia) merupakan
pestisida yang bahan aktif dan formulanya terbuat dari bahan kimia.
> Proses aktivitasnya
Biopestisida
menunjukkan
aktivitas biologis terhadap hama dan patogen
tumbuhan dan digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan, berupa :
a. Repelan, yaitu
menolak kehadiran serangga. Misalnya dengan bau yang menyengat,
b. Antifidan,
mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot,
c. Merusak
perkembangan telur, larva dan pupa,
d. Menghambat
reproduksi serangga betina,
e. Racun
syaraf bagi hama,
f. Mengacaukan
sistem hormone di dalam tubuh serangga,
g. Atraktan,
pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga,
h. Mengendalikan
pertumbuhan jamur/bakteri,
i. Menyebabkan gangguan metamorfosa dan
gangguan makan bagi serangga.
Sedangkan Pestisida sintetis seluruhnya menunjukan
proses kimia dalam pemberantasan hama dan penyakit, yaitu berupa :
a. Diproduksi
oleh industri kimia sehingga mudah di dapatkan di berbagai tempat,
b. Zatnya
kimia lebih cepat bereaksi pada tanaman yang diberi pestisida,
c. Kemasan
pestisida kimia dibuat lebih praktis,
d. Menyebabkan
daya racunnya yang tinggi (langsung mematikan bagi serangga)
> Tingkat keawetan
Biopestisida
menunjukkan
aktivitas biologis sehingga produknya tidak
tahan lama karena sangat tergantung pada siklus atau daur biologis. Sedangkan pestisida sintetis memiliki sifat tahan
lama untuk disimpan.
> Takaran, dosis atau konsentrasi
Biopestisida
dengan
takaran, dosis atau konsentrasinya biasanya rendah karena tergantung pada
siklus atau daur biologis. Sedangkan pestisida
sintetis menggunakan takaran, dosis atau konsentrasinya yang tinggi untuk
lebih cepat dalam memberantas hama dan penyakit.
> Pengguna (user)
Biopestisida
biasanya
digunakan dalam skala kecil dan rumah tangga. Sedangkan pestisida sintetis selain untuk skala rumah tangga tapi lebih
banyak pada pertanian skala besar atau perusahaan perkebunan.
> Hasil produksi pertanian
Biopestisida
menunjukkan
hasil produksi pertanian cukup tinggi serta
berkelanjutan dan produk pangannya aman bagi kesehatan manusia.
Sedangkan pestisida sintetis walaupun
secara langsung menunjukan produksi tinggi tetapi dianggap tidak aman bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
> Kekurangan-kekurangan
Kekurangan dari Biopestisida yaitu :
a. Cepat
terurai di alam,
b. Daya
kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering,
c. Produksinya
belum dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan bahan baku,
d. Kurang
praktis,
e. Tidak
tahan lama untuk disimpan,
f. Daya
racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga),
g. Cara
kerjanya (efek mortalitasnya) lambat,
h. Harus
disemprotkan secara berulang-ulang.
Sedangkan kekurangan
dari pestisida sintetis yaitu :
a. Hama
menjadi kebal (resisten),
b. Potensi
populasi peledakan hama baru (resurjensi),
c. Penumpukan
residu bahan kimia di dalam hasil panen,
d. Pencemaran
lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,,
e. Tidak
ramah lingkungan,
f. Harganya
mahal,
g. Matinya
musuh alami hama tanaman,
h. Matinya
organisme yang berguna.
Bagaimana
sharing pasar biopestisida dibandingkan pestisida sintetis
Dampak masalah
kesehatan dan lingkungan dari penggunaan pestisida sintetis (kimia) ditambah
dengan dukungan pemerintah di banyak negara telah menjadi faktor utama memicu
permintaan biopestisida semakin meningkat. Biopestisida adalah pestisida yang
berasal dari bahan terbarukan seperti tanaman, hewan, bakteri dan beberapa
mineral. Biopestisida digunakan untuk mengontrol pengaruh gulma, hama dan
serangga pada tanaman di lapangan. Munculnya masalah kesehatan mengenai
penggunaan pestisida sintetis telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
pasar biopestisida global.
Pengembangan
produk-produk pertanian organik bagi pasar di seluruh dunia telah menyebabkan
kesadaran terutama pada tingkat konsumen di negara-negara maju. Pergeseran
kecenderungan penerapan produk organik telah menyebabkan pertumbuhan pasar
biopestisida global. Selain itu peran pemerintah di berbagai negara di seluruh
dunia mempromosikan manfaat yang ditawarkan biopestisida akan lebih jauh dalam meningkatkan
pertumbuhan pasar biopestisida. Namun demikian masih ada bagian yang cukup
besar dari dunia yang tidak menyadari tentang manfaat yang ditawarkan biopestisida,
sehingga faktor ini menjadi menghambat pasar biopestisida. Negara-negara miskin
terutama di Asia dan Afrika masih kurang kesadaran tentang biopestisida dan
aplikasinya.
Kondisi saat ini pasar
biopestisida masih sangat kecil sekitar 1,3% dari total pestisida kebutuhan dunia.
Sebagian besar biopestisida dipasarkan sebagai bioinsektisida, dengan share
pasar sekitar 4,5% dari total insektisida. Namun demikian pertumbuhan pasar
biopestisida diperkirakan meningkat sekitar 10-15% per tahun, atau lebih tinggi
pertumbuhan pertahunnya dibandingkan dengan pertumbuhan pestisida sintetis
sebesar 2%.
Pasar global untuk
biopestisida masih relatif sangat kecil dibandingkan dengan pasar pestisida
secara keseluruhan. Selain itu kekurangan profitabilitas untuk mempertahankan biopestisida
di tingkat pasar. Di sisi lain, pestisida sintetis telah menguasai pasar secara
keseluruhan selama beberapa dekade dan diproduksi dengan biaya yang relatif
lebih murah dibandingkan biopestisida. Jadi untuk mencapai skala ekonomi menjadi
tantangan yang sulit untuk mengatasi masalah pasar biopestisida. Namun pada tingkat
adopsi yang cepat dari biopestisida diharapkan dapat membantu perkembangan
ekonomi dari pasar biopestisida. Amerika Utara merupakan pasar secara
keseluruhan untuk biopestisida dan menyumbang lebih dari sepertiga pasar global.
Namun karena peraturan yang ketat mengenai penggunaan pestisida sintetis
membuat pasar Eropa menjadi potensi paling menarik pada masa yang akan datang.
Faktor-faktor menyebabkan
sharing pasar biopestisida masih sangat kecil dibandingkan dengan pestisida sintetis
yaitu karena faktor konsumen, promosi, manajemen, permintaan dan kelayakan usaha
secara ekonomis. Berikut penjelasan secara lebih rinci mengenai faktor-faktor
tersebut, yaitu :
> Produk
biologis cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga kurang
meyakinkan para konsumen.
> Keterbatasan
bahan baku menyebabkan produksi biopestisida belum dilakukan dalam jumlah besar
sehingga dalam skala usaha industri menjadi tidak ekonomis.
> Daya
simpan yang tidak tahan lama dan kemasannya kurang praktis dapat menghambat
promosi untuk pasar biopestisida sehingga kurang meyakinkan konsumen.
> Cara
kerjanya (efek mortalitasnya) yang lambat dan daya racunnya rendah (tidak langsung
mematikan bagi serangga) menyebabkan permintaan biopestisida di pasar menjadi rendah.
> Skala
produksi masih pada tingkat rumah tangga dan manajemen kurang dikelola dengan
baik sehingga dalam skala usaha menjadi tidak layak secara ekonomis.