Sedikit
pengetahuan Tentang
Ekologi Murbei
(Morus sp)
Murbei
adalah tanaman berkayu dan berdaun lebar. Tanaman murbei telah lama
dibudidayakan untuk pemeliharaan ulat sutera. Dalam beberapa tahun terakhir,
peran tanaman murbei dalam pencegahan dan pengendalian lahan kritis, konservasi
tanah dan air, pengelolaan lahan untuk kehutanan telah banyak diidentifikasi.
Sementara itu, banyaknya manfaat tanaman murbei antara lain sebagai pakan
ternak, buah dan teh secara bertahap telah banyak dieksplorasi. Sebagai spesies
dengan distribusi geologi yang luas, murbei memiliki tipe ekologi yang
berlimpah berdasarkan seleksi alam jangka panjang. Di negara Cina, tanaman
murbei terdistribusi merata dan dibudidayakan dari dataran tinggi dengan ketinggian
3600 m, dari Xinjiang di barat Cina ke pantai di timur Cina, dan dari selatan
Hainan ke utara Heilongjiang (Jian et al
2013).
Peran
Ekologi Murbei (Morus sp)
Tanaman
Murbei di Amerika Serikat menurut Nowak (2002) termasuk salah satu katagori
tanaman Urban Vegetation yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu untuk meningkatkan kualitas udara
bersih, mengurangi suhu dan efek mikroklimat pada lingkungan atmosfir. Pohon
murbei (Morus sp) merupakan tanaman
penyerap karbon yang baik. Diperkirakan bahwa 1 mu pohon murbei mampu menyerap sekitar 4.162 kg CO2 atau
setara dengan 135 kg karbon dan melepaskan 3.064 kg oksigen setiap tahunnya (1
ha = 15 mu). Selain itu, daun murbei
memiliki daya tahan tinggi dan dapat menyerap polutan udara tertentu seperti
klorin, hidrogen chlorida dan sulfurdioksida. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kurang dari 6 jam proses fumigasi sekitar 0,79 × 10-6 konsentrasi
sulfur dioksida, 1 kg daun murbei dapat menyerap 5,7726 g sulfurdioksida dan 1
m3 murbei mampu menyerap 20
ml gas sulfurdioksida setiap hari. Murbei adalah jenis pohon yang tahan
terhadap pencemaran sulfurdioksida dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap
pencemaran klorin. Dalam kondisi polusi udara yang tinggi, daun murbei tetap
tidak rusak atau apabila mengalami kerusakan jumlahnya kurang dari 20% dari
total luas daun. Tanaman murbei dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Lu et al 2004).
Murbei adalah jenis pohon yang ideal sebagai pemandangan alam karena fitur yang sangat baik dalam bentuk pohon, warna daun, pertumbuhan yang baik dan memiliki ketahanan tinggi. Sebagai spesies tanaman, murbei tahan terhadap kekeringan dan banjir. Hal ini dapat ditanam di sepanjang tepi sungai, di tepi lapangan, di lereng-lereng, di sudut-sudut taman, di sepanjang pinggir jalan, di taman untuk umum dan tempat-tempat rekreasi lainnya. Tanaman murbei ini adalah jenis pohon yang sangat baik untuk penghijauan. Tanaman murbei di Cina ditanam sebagai pohon kota, misalnya di Karamay City, Xinjiang serta di beberapa negara Eropa seperti di Yunani dan Spanyol (Jian et al 2013).
1.
Konservasi Tanah dan Air
Murbei
memiliki sistem akar yang sangat kuat. Akarnya membentuk jaringan yang sangat
kusut dan keras di dalam tanah. Perkebunan murbei secara ekologi mampu menekan
badai pasir dan menjaga kelestarian tanah dan air. Menurut Jian et al (2013) percobaan tanaman murbei di
Cina bahwa tanaman ini memiliki efisiensi agroekologi yang tinggi. Di kota
Chongqing bahwa peranan murbei sebagai pencegahan erosi tanah. Tingkat agregasi
tanah meningkat sebesar 25-50% dibandingkan dengan tanah yang ditanami tanaman
lain dengan pola tanaman tradisional. Tingkat dispersi sebesar 3,7% dan indeks
stabilitas air sekitar 1,9 kali untuk ditanam pada lereng bila dibandingkan dengan
tanaman tradisional. Tingkat kerusakan agregat tanah dalam 10 menit pertama
hanya 57% bila dibandingkan dengan pola tanaman tradisional. Volume dan koefisien
limpasan berkurang sekitar 10-20%, erosi dapat diturunkan sekitar 55-67%, serta
kadar pasir dari limpasan turun sekitar 48-59%.
Saat hujan deras, tanaman murbei memiliki pengaruh yang signifikan untuk mengurangi limpasan total dan rasio pengayaan nutrisi (Shi et al 2005). Contoh pengamatan tanaman pada plot jagung di kebun murbei di Huangjia Kota Chongqing menunjukkan bahwa total volume limpasan berkurang antara 24,78% dan 37,83% bila dibandingkan dengan plot jagung. Total volume limpasan lumpur dan pasir berkurang antara 21.85% dan 33,55% dibandingkan dengan plot jagung. Erosi nutrisi tanah pada plot-plot jagung > plot murbei. Data percobaan menunjukkan bahwa volume limpasan tahunan di bawah tanaman murbei selama 5 tahun, berkurang sebesar 37,8% bila dibandingkan dengan di bawah tanah pada lahan lereng pertanian. Jangka waktu 10 tahun volume limpasan berkurang sekitar 91% bila dibandingkan dengan pada lahan pertanian semusim. Hal ini menunjukkan bahwa pohon murbei berpengaruh signifikan dalam mencegah erosi tanah (Du et al. 2001).
Sistem perakaran pada tanaman murbei (Morus alba) menurut Nan et al (2011) dapat menstabilkan tanah. Sistem akar murbei menempati ruang lebih besar daripada bagian udaranya. Sistem akar murbei memiliki tingkat akar tanah atas dan akar vertikal. Akar tunggang terpanjang yaitu 0,8 m di dalam tanah dan panjang akar lateralis lebih dari 0,9 m. Wilayah distribusi sistem akar bawah yaitu 4-5 kali ke daerah proyeksi tajuk pohon (Dai et al, 2009). Akar vertikal membentuk jaringan penyerapan air dan konsolidasi tanah spasial. Meskipun tidak ada vegetasi lain yang hadir, lahan pertanian dengan tanaman murbei mampu menstabilkan 3.067 kg km-2 pasir selama setahun.
2.
Peningkatan Iklim Mikro
Kebun
murbei bila dibandingkan dengan lahan pertanian semusim bahwa tanaman murbei berumur
5 tahun memiliki kelembaban 20% lebih tinggi, kandungan air dalam tanah 1,7-2,15%
lebih tinggi. Kecepatan angin 30% lebih rendah, suhu udara rata-rata 2,8oC
lebih rendah dan kapasitas menahan air maksimum pada tanah 20,57% lebih tinggi.
Menurut pengamatan di daerah Qian'an Provinsi Hubei, bahwa tanaman murbei
memiliki efek yang baik dalam melawan angin. Selama periode Juli-Oktober,
kecepatan angin berkurang 0,15-0,52 ms-1, serta memiliki efek
rata-rata lebih dari 44% dalam menahan angin (Liu et al. 2007, Xiao dan Shi 2006).
Adaptasi
Lingkungan Tanaman Murbei (Morus sp)
Tanaman
murbei termasuk tanaman yang mampu menahan kekeringan dan bencana alam lainnya.
Hal ini sangat efektif dalam melawan angin dan pasir serta menstabilkan tanah.
Saat ini, murbei telah digunakan sebagai jenis pohon ekologi untuk konservasi tanah
dan air di dataran dataran tinggi (Jian et
al 2013).
1.
Adaptasi Tanah
Pohon
murbei memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk tanah. Pohon murbei
bisa tumbuh subur di tanah yang dalam, berpori dan subur, tetapi juga tumbuh di
tanah yang tandus dengan nutrisi yang buruk (Han, 2007). Kombinasi antara
tanaman murbei dengan tanaman jagung dapat meningkatkan nilai kesuburan tanah
(Nithya et al 2011). Nilai tanah
dengan pH 5,3-8,4 masih tumbuh normal (Rathore, 2011). Pertumbuhan yang optimal
pada tanaman murbei dengan pH tanah 6,2-6,8. Itulah alasan bahwa tanaman murbei
memiliki distribusi yang luas dan pertumbuhan yang sangat baik.
2. Daya Tahan Terhadap Kekeringan
Pohon
murbei memiliki ketahanan hidup yang sangat kuat. Dalam kondisi gersang atau
semi kering sampai pada wilayah gurun dengan curah hujan tahunan antara 300-600
mm, murbei masih tumbuh dengan baik. Bahkan di daerah gurun Xinjiang dengan
curah hujan tahunan < 150 mm, murbei masih dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Di daerah kelembaban tanah tinggi, koefisien transpirasi pohon murbei
adalah 350-450. Di daerah dengan cekaman kekeringan, laju fotosintesis bersih,
tingkat transpirasi dan efisiensi pemanfaatan air oleh daun murbei mengalami
penurunan. Koefisien transpirasi dari beberapa jenis dan varietas murbei tahan terhadap
kekeringan di utara Cina adalah 274, lebih rendah dari Populus diversifolia (300), Elaeagnus
angustifolia (383), Buckthorn
(483) dan Poplar (513). Koefisien tingkat
layu dari jenis dan varietas murbei tahan terhadap kekeringan adalah 9, lebih rendah
dari Aprikot (13), Elm (13), Poplar (15) dan jenis-jenis pohon lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa tanaman murbei beradaptasi dengan baik pada iklim kering (Jian et al 2013). Indikasi tanaman murbei
memiliki daya tahan yang kuat terhadap kekeringan bahwa tanaman ini terus
tumbuh sejalan dengan waktu dan tidak ada yang mati (Huang, 2012).
3.
Daya Tahan Terhadap Genangan Air
Penelitian
yang dilakukan Jian et al (2013) di
Cina menunjukkan bahwa tanaman murbei dewasa dapat bertahan dari genangan air selama
periode pertumbuhannya. Hal ini merupakan karakteristik yang sangat langka di
antara tanaman xerophytic lainnya. Murbei
memiliki daya tahan kuat pada kondisi genangan air. Pohon murbei yang mengalami
genangan lebih dari 1 meter air, masih dapat berkecambah dan tumbuh menjadi
jenis pohon dengan pertumbuhan terbaik setelah munculnya pengaman hidro-fluktuasi.
4.
Adaptasi Suhu dan Lingkungan
Pohon
murbei dapat menahan dingin dengan kondisi pembekuan -30oC dan dapat
bertahan hidup pada suhu tinggi 40oC. Pohon murbei memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap kondisi dingin dan memiliki ketahanan tertentu
pada tahap pertumbuhannya (Jian et al 2013).
Sebagai contoh di Amerika Serikat dengan rentang geografis yang luas, tanaman
murbei dapat tumbuh pada berbagai iklim. Tanaman murbei dapat tumbuh dengan
baik di daerah dengan iklim lembab subtropis seperti di wilayah tenggara
Alabama dengan musim panas yang panjang dan musim dingin yang pendek. Hal ini
juga terjadi pada iklim semi kering dan kontinental dari wilayah Colorado,
dengan suhu harian tinggi dan rentang suhu tahunan, mempunyai tingkat evapotranspirasi
potensial yang tinggi dan dalam kondisi angin kencang. Tanaman murbei dapat
bertahan pada suhu yang dingin di wilayah Massachusetts, di mana suhu rata-rata
pada bulan Januari adalah -5°C dan suhu rata-rata bulan Juli adalah 20°C. Pada
kondisi suhu hangat juga dapat tumbuh dengan baik seperti di wilayah utara
Alabama di mana suhu rata-rata bulan Januari adalah 7,5°C dan suhu rata-rata
bulan Juli adalah 26,7°C (Stone, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Agus, N. 2013. Serikultur Budidaya Sutera Alam. Panduan
Budidaya Ulat Sutera Alam. Bandung. Hal 8-11
Astuti, T. Clara M.
Kusharto. 2009. Pupa-Mulberry (Morus Sp) Powder as an Alternative Nutritious
Food Source. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): Hal 29-32.
Du Z H, Liu J F,
Liu G, et al. 2001. Study on mulberry trees as both water and soil conservation
and economy trees. Guangxi Sericulture, 38(3): 10-12.
Huang Xiao hui, Yin
Xiao hua, Liu Yun, LI Jia xing, Xiong Xing zheng, Chen Yang. 2012. Effects of
Drought Stress on Growth of Mulberry (Morus alba) Trees in the Hydro
Fluctuation Belt of the Three Gorges Reservoir Area. Journal of Chongqing
Normal University (Natural Science). Vol 29 No. 3 : 151-155
Nan Hong-wei, He
Xiu-bin, Bao Yu-Hai. 2011. Influence of Root System of Morus alba to Shearing
Resistance of Purple Soil. China Academic Journal Electronic Publishing.
Institute of Mountain Hazards and Environment. School of Chinese Academy of
Sciences, Beijing, China.
Nithya D, S.M.
Poornima, R.P Murugan, V. Gopikrishnan, M. Radhakrishnan, Dhagira Bhivi and R.
Balagurunathan. 2011. Influence of Biofertilizer and irrigation system for the
growth and yield of Mulberry Plants. International Journal of Plant, Animal and
Environmental Sciences. Vol 1 : 93-99.
Nowak. David J.
2002. The Effects of Urban Trees on Air Quality. USDA Forest Service, Syracuse,
New York.
Nurhaedah, M. Rizal
H.B. Achmad. 2013. Budidaya Ulat Sutera di Desa Sudu, Kecamatan Alla, Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Kehutanan. Vol 10. No. 4. Hal
229-239.
Nurjayanti, E.D.
2011. Budidaya ulat sutera dan produksi benang sutera melalui sistem kemitraan
pada pengusahaan sutera alam (PSA) Regaloh Kabupaten Pati. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol 7. No. 2, 2011: Hal 1 – 10.
Qin, C, Yang Li,
Weining Niu, Yan Ding, Ruijie Zhang, Xiaoya Shang. 2010. Analysis and
Characterisation of Anthocyanins in Mulberry Fruit. Czech J. Food Science. Vol.
28, 2010, No. 2. Hal 117-126.
Rathore, M.S. Y.
Srinivasulu, R. Kour, G.M. Darzi, Anil Dhar and M.A. Khan. 2011. Integrated
Soil Nutrient Management in Mulberry under Temperate Conditions. European
Journal of Biological Sciences 3 (4): 105-111.
Shi D M, Lu X P,
Liu L Z. 2005. Study on functions of soil and water conservation by mulberry
hedgerow intercropping of purple soil slopping farmland in three gorges
reservoir region. Journal of Soil Water Conservation, 19(3): 75-79.
Stone, Katharine R.
2009. Morus alba. In: Fire Effects Information System. U.S. Department of
Agriculture, Forest Service, Rocky Mountain Research Station, Fire Sciences
Laboratory
Syahrir, S, K. G.
Wiryawan, A. Parakkasi, Winugroho, W. Ramdania. 2009. Daya Hambat Hidrolisis
Karbohidrat oleh Ekstrak Daun Tanaman Murbei. Jurnal Agripet : Vol 9. No. 2:
Hal 1-9.